EDI HARIADI

BANGKAI

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 15 Juli 2014

TUGAS WAJIB MATA KULIAH PENGELOALAAN AIR


1.    Kebutuhan air Tanaman, kebutuhan irigasi dan fase kritis tanaman berkaitan dengan kebutuhan air tanaman.
a)    Kebutuhan Air Tanaman
          Kebutuhan air untuk tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhannya, sehingga diperoleh tambahan berat kering tanaman. Kebutuhan air tanaman dapat diukur dari perbandingan berat air yang dibutuhkan untuk setiap pertambahan berat kering tanaman. Dari sudut pandang irigasi, kebutuhan air untuk tanaman ditentukan oleh dua proses kehilangan air selama pertumbuhan tanaman, yaitu evaporasi dan transpirasi.
·    Evaporasi adalah kehilangan air karena penguapan dari permukaan tanah dan badan air atau permukaan tanaman tanpa memasuki sistem tanaman. Air yang berasal dari embun, hujan atau irigasi siraman yang kemudian menguap tanpa memasuki tubuh tanaman termasuk dalam air yang hilang karena evaporasi ini.
·    Transpirasi adalah kehilangan air karena penguapan melalui bagian dalam tubuh tanaman, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman, dipergunakan untuk membentuk jaringan tanaman dan kemudian dilepaskan melalui daun ke atmosfir. Kedua proses kehilangan air tersebut kemudian sering disebut sebagai evapotranspirasi .
          Kebutuhan air tanaman perlu diketahui agar air irigasi dapat diberikan sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan secara tepat, di samping akan merangsang pertumbuhan tanaman, juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan air sehingga dapat meningkatkan luas areal tanaman yang bisa diairi. Kebutuhan air untuk tanaman merupakan salah satu komponen kebutuhan air yang diperhitungkan dalam perancangan sistem irigasi. Berbagai metode telah dikembangkan guna mengukur kebutuhan air untuk tanaman.
b)    Kebutuhan Air Irigasi
          kebutuhan air irigasi adalah air yang harus diberikan melalui sistem irigasi untuk memastikan bahwa tanaman menerima kebutuhan air tanaman penuh. Jika irigasi adalah satunya sumber pasokan air untuk tanaman, maka kebutuhan irigasi setidaknya sama dengan kebutuhan air tanaman, dan umumnya lebih besar untuk memungkinkan inefisiensi dalam sistem irigasi. Perbandingan antara kebutuhan air tanaman(CWR) dan kebutuhan irigasi(IR)  dianggap penting.
          Tanaman memiliki batas untuk menerima air yang berasal dari luar, sehingga diperlukan adanya proses memperkirakan air tanaman karna Perkiraan yang salah dari irrigation requeirment(IR) dapat menyebabkan kegagalan serius dalam kinerja sistem dan membuang sumber daya air yang berharga, Ini dapat mengakibatkan kontrol yang tidak memadai dari kondisi kelembaban tanah di zona akar, dapat menyebabkan genangan air, salinitas atau pencucian hara dari tanah. Hal ini dapat menyebabkan kapasitas yang tidak sesuai dengan sistem irigasi atau waduk penyimpanan, efisiensi penggunaan air yang rendah dan pengurangan di daerah irigasi . Perkiraan IR yang berlebih pada permintaan puncak juga dapat mengakibatkan peningkatan biaya pengembangan,
          Kebutuhan air irigasi yang diperlukan oleh tanaman dapat diperkirakan dengan memperhitungkan beberapa faktor sebagai berikut:
·    Evapotranspirasi tanaman
·    Curah hujan efektif
·    Kontribusi air tanah
·    Air yang tersimpan dalam tanah
c)    Fase kritis tanaman berhubungan dengan kebutuhan air tanaman
          Ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman merupakan syarat penting dalam keberhasilan suatu tanaman bertahan hidup, karena air berfungsi sebagai pelarut, media tempat reaksi-reaksi biokimia, pengatur penggembungan jaringan, dan penting untuk proses fisiologi seperti pembelahan sel, respirasi, dan fotosintesis. Pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh status air dalam tanaman dan tidak langsung oleh status air tanah.
          Kelebihan atau kekurangan air mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kelebihan air menyebabkan genangan dan menimbulkan cekaman aerasi, sedangkan kekurangan air menyebabkan cekaman kekeringan. Kebutuhan air tanaman ditentukan oleh kondisi iklim, cara budi daya, dan umur varietas yang ditanam. Kebutuhan air tanaman pada awal periode pertumbuhan sedikit, kemudian meningkat hingga kanopi daun berkembang dan menutup sempurna, selanjutnya berkurang hingga menjelang panen. Pada puncak berbunga dan fase-fase kritis terhadap kekeringan, tanaman membutuhkan air lebih banyak.
Di daerah beriklim kering, tanaman membutuhkan air lebih banyak, karena kehilangan air akibat penguapan lebih besar dibanding di daerah beriklim basah. Cara budi daya seperti pengolahan tanah, jarak tanam,. pemupukan, penggunaan mulsa, dan sistem tanam tumpangsari berpengaruh terhadap jumlah penggunaan air oleh tanaman. Varietas berumur pendek membutuhkan air lebih sedikit dibanding yang berumur panjang. Varietas toleran kekeringan membutuhkan air Iebih sedikit karena dapat memanfaatkan air lebih efisien dibanding varietas-varietas yang kurang tahan toleransi.
2. Pengaruh Air Terhadap Produksi dan Hasil Akhir Tanaman
aa)  Pengaruh air terhadap produksi dan hasil akhir tanaman
            Kebutuhan air pada budidaya tanaman secara umum dipengaruhi oleh topografi, jenis tanah, periode pertumbuhan, dan praktik budidaya. Pada tanaman padi Yoshida (1981) menyatakan bahwa tanaman padi membutuhkan air sebanyak 180-300 mm/bulan agar dapat berproduksi dengan baik. Lebih lanjut Bouman (2009) menambahkan bahwa untuk menghasilkan 1 kg gabah, tanaman padi membutuhkan 2 500 liter air yang berasal dari hujan atau irigasi.
Stress atau cekaman air dapat berarti kelebihan atau kekurangan air. Kelebihan air berupa cekaman banjir sedangkan kekurangan air berupa cekaman kekeringan. Padi merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan. Tanda awal penurunan air tanah adalah penggulungan daun yang pada akhirnya mengurangi  radiasi  surya  pada  daun. Penggulungan  daun  merupakan  ekspresi sederhana kehilangan turgor pada daun (Fischer and Fukai, 2003). Kekeringan mempengaruhi morfologi, fisiologi, dan aktivitas pada tingkatan molekular tanaman padi seperti menunda pembungaan, mengurangi distribusi dan alokasi bahan kering, mengurangi kapasitas fotosintesis sebagai akibat dari menutupnya stomata, pembatasan berkenaan dengan metabolisme, dan kerusakan pada koroplas (Farooq et al., 2009).
Cekaman kekeringan pada tiap tahap pertumbuhan dapat menurunkan hasil. Gejala yang paling umum terjadi akibat cekaman kekeringan antara lain penggulungan daun, daun mengering, terhentinya pertumbuhan, tertundanya pembungaan, bulir hampa, dan pengisian bulir yang tidak sempurna (Yoshida, 1981).
Lafitte (2003) menjelaskan bahwa tanaman padi sensitif terhadap cekaman kekeringan terutama pada masa pembungaan. Galur padi yang berbunga dalam waktu tidak lama setelah pengairan dilakukan, akan lebih sedikit terpengaruh cekaman kekeringan daripada galur padi yang berbunga lebih lambat. Fischer dan Fukai (2003) menyatakan bahwa pembungaan sering tertunda selama 2 – 3 minggu pada kondisi cekaman kekeringan. Dalam beberapa kasus, bahkan bunga tidak muncul.
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh air terhadap produksi dan hasil akhir tanaman, semua penelitian tersebut memberikan hasil yang sama bahwa air yang diberikan kepada tanaman akan berpengaruh terhadap hasil akhir tanaman.
b) Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan use water effisiensy
          Menurut pendapat saya ada beberapa alasan prilaku petani yang secara berlebihan mengairi lahan pertanian mereka, hal utama dari perilaku petani ini adalah kurangnya kontrol lembaga pertanian dalam mengelola air bagi petani dan  kurangnya pergerakan pemerintah dalam hal memberikan pengertian kepada masyarakat tentang bahaya pemberian air pada tanaman secara berlebihan. Sehingga menurut saya ada beberapa cara dalam mengoptimalkan use water effisiensy, antara lain:
·    Meningkatkan peran lembaga pertanian yang khusus menangani tentang pengairan.
          Prilaku pemberian air yang berlebihan yang dilakukan petani disebabkan kurangnya peran lembaga pertanian yang khusus menangani pengairan, keberadaan lembaga ini hanya sebagai simbol dalam masyarakat. Jika lembaga ini lebih giat dalam mengatur air maka tidak ada istilah petani yang nenberikan air kepada lahannya secara berlebihan, terlebih khusus orang yang biasa mengatur air  atau yang biasa disebut “MALAR” harus menggunakan orang yang sangat mengerti tentang pengairan bukannya asal memilih tanpa ada pertimbangan tentang kemampuan dari orang yang dipilih.
·    Meningkatkan peran penyuluh pertanian.
          Peran penyuluh dalam memberikan pengertian kepada petani dirasa sangat minim, hal  ini dikarenakan tim penyuluh pertanian tidak pernah turun ke lapangan secara langsung untuk berdialog kepada masyarakat sehingga petani kita minim akan pengetahuan tentang bagaimana cara mengatur air untuk tanamannya agar lebih efisien yang bermanfaat. Penyuluh pertanian harus lebih sering turun ke lapangan agar dapat berdialog secara langsung dan mengetahui kondisi di lapangan secara langsung.
3. Jenis-Jenis Pemberian Air untuk Tanaman
1.    Sistem Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System)
Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka maupun melalui pipa dengan head rendah. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil daripada irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan, seperti untuk membuat teras.
Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur (Furrow irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija, karena penggunaan air oleh tanaman lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah pemberian air di atas lahan melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil dan megalirkannya sepanjang alur daalam lahan.
Untuk menyusun suatu rancangan irigasi harus diadakan terlebih dahulu survei mengenai kondisi daerah yang bersangkutan serta penjelasannya, penyelidikan jenis-jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan diirigasi dan lain-lain untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya.
Suatu daerah irigasi permukaan terdiri dari susunan tanah yang akan diairi secara teratur dan terdiri dari susunan jaringan saluran air dan bangunan lain untuk mengatur pembagian, pemberian, penyaluran, dan pembuangan kelebihan air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui saluran primer lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan bangunan bagi dan atau sadap terser ke petak sawah dalam satuan petak tersier. Petak tersier merupakan petak-petak pengairan/pengambilan dari saluran irigasi yang terdiri dari gabungan petak sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak tersier tergantung pada topografi dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan tidak terlalu banyak berbeda. Apabila terlalu besar akan menyulitkan pembagian air tetapi apabila terlalu kecil akan membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak tersier diantaranya adalah, di tanah datar : 200-300 ha, di tanah agak miring : 100-200 ha dan di tanah perbukitan : 50-100 ha.
Terdapat beberapa keuntungan menggunakan irigasi furrow.  Keuntungannya sesuai untuk semua kondisi lahan, besarnya air yang mengalir dalam lahan akan meresap ke dalam tanah untuk dipergunakan oleh tanaman secara efektif, efisien pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan sistem irigasi genangan (basin) dan irigasi galengan (border).
Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.
Sistem irigasi permukaan lainnya adalah peluapan dan penggenangan secara terkendali. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan menggunakan bangunan penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, dan peluapan ke dalam petak petak lahan beririgasi. Jenis bangunan penangkap bermacam-macam, diantaranya adalah (1) bendung, (2) intake, dan (3) stasiun pompa.
2.         Sistem Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation System)
Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman.
3.         Sistem irigasi dengan pancaran (sprinkle irrigation)
Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian. Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler).
4.         Sistem irigasi tetes (Drip Irrigation)
   Irigasi tetes adalah suatu sistem pemberian air melalui pipa/ selang berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu, dimana air yang keluar berupa tetesan-tetesan langsung pada daerah perakaran tanaman. Tujuan dari irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus membasahi keseluruhan lahan, sehingga mereduksi kehilangan air akibat penguapan yang berlebihan, pemakaian air lebih efisien, mengurangi limpasan, serta menekan/mengurangi pertumbuhan gulma.
Ciri-ciri irigasi tetes adalah debit air kecil selama periode waktu tertentu, interval (selang)yang sering, atau frekuensi pemberian air yang tinggi , air diberikan pada daerah perakaran tanaman, aliran air bertekanan dan efisiensi serta keseragaman pemberian air lebih baik.
4.    Jenis-Jenis Pengairan di Sawah
a)    Irigasi terus menerus (continuous flow)
Sistem irigasi terus menerus dilakukan dengan memberikan air kepada tanaman dan dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari menjelang panen. Penggunaan sistem ini, dengan mempertimbangkan : penerimaan respon yang baik pada waktu pemupukan, menekan pertumbuhan gulma, dan menghemat tenaga untuk pengolahan tanah. Kebanyakan petani di Indonesia menerapkan sistem pengairan ini. Selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi (1) efisiensi serapan hara nitrogen, (2) meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer, (3) dan menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang dibutuhkan.
b)    Irigasi bergilir (rotational irrigation)
Irigasi bergilir merupakan teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada suatu luasan tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan.
c)    Irigasi berselang (intermittent irrigation)
Irigasi berselang adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara lain untuk :
·         Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas.
·         Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam
  • Mengurangi timbulnya keracunan besi
  • Mengurangi penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar
  •  Mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat
  • Mengurangi kerebahan
  • Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah)
  • Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
  • Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)

5. Jenis-Jenis Air di Muka Bumi
            Jenis-jenis air di permukaan bumi tersaji dalam tabel dibawah ini
No
Air dalam Fase Siklus Hidrologi
3
Km
Persen
1.
Air di Daratan:
a. Danau air tawar
b. Danau air asin dan laut daratan
c. Sungai
d. Kelembaban tanah dan air vadose
e. Air tanah sampai kedalaman 4000 m
f. Es dan glaciers
122,4
108,8
1,36
68
8.296
29.104
0,009
0,008
0,0001
0,005
0,61
2,14
2.
Air di Atmosfir
13,6
0,001
3.
Air di Lautan
1.322.285
97,2
Total Air di Dunia
1.360.000
100
            Jenis air dipermukaan bumi dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, antar lain:
a)    Air di Lautan
Air di lautan memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis air lainnya, jumlah air dilautan sampai mencapai angka 1.322.285 km3 yang berarti 97,2% air yang berada di bumi berada di lautan.
b)    Air di atmosfer
Air di atmosfer memiliki nilai yang paling rendah yaitu 13,6 km3 yang berarti 0,001% air yang berada di muka bumi berada di atmosfer bumi.
c)    Air di daratan
Air di daratan mencapai angka 29.104 km3 yang berarti 2,14% air yang berada di bumi berada didaratan, teteapi air di daratan dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:
·         Danau air tawar
·         Danau air asin
·         Sungai
·         Air tanah sampai kedalaman 4000 m
·         Kelembaban tanah dan air vadose
·         Es dan gletser.




6. Panen Air Hujan
a)    Pengertian panen air hujan
Panen hujan merupakan suatu cara menampung air pada musim hujan untuk dapat dipergunakan pada saat musim kemarau,  sistem panen hujan dapat digunakan untuk mengantisipasi kelangkaan air terutama di wilayah beriklim kering. Ada tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem pemanenan air hujan yaitu: 1) catchment, yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap; 2) delivery system, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan melalui talang; dan 3) storage reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak atau kolam. Selain ketiga komponen dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan komponen pendukung seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam penampung. (Worm, Janette & van Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai 2004).
Kondisi yang sangat sesuai untuk dilakukannya proses panen hujan ini di bagi dalam beberapa faktor, antara lain:
1)    Iklim
Pemanenan air hujan sangat sesuai untuk daerah-daerah semi-arid dengan rataan curah hujan tahunan (300-700 mm). Teknologi ini juga dipraktekkan di beberapa daerah arid dengan rataan curah hujan tahunan (100-300 mm). Di kebanyakan daerah tropis, periode utama curah hujan  terjadi selama periode panas ’summer’, pada saat alju evaporasi sangat tinggi. Di daerah tropis yang lebih kering, risiko kegagalan panen tanaman lebih besar. Biaya struktur pemanenan air hujan juga lebih tinggi karena haruis dibuat dengan sekala lebih besar.
2)    Kemiringan Lereng
Pemanenan air hujan tidak direkomendasikan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% karena distribusi runoff tidak merata, erosi tanah intensif dan biaya pembuatan bangunan penangkap air hujan juga mahal.
3)    Tanah dan Pengelolaan Kesuburan Tanah
Tanah-tanah di zone budidaya harus cukup tebal sehingga mempunyai kapasitas simpanan air yang cukup besar, dan tanahnya subur. Tanah-tanah di daerah-tangkapan air  harus mempunyai laju infiltrasi yang rendah. Untuk kebanyakan sistem pemanenan air, kesuburan tanahnya harus diperbaiki, atau dipertahankan, supaya tetap produktif dan lestari. Peningkatan ketersediaan lengas tanah dan peningkatan produktivitas tanaman yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan air hujan akan berdampak pada eksploitasi hara tanah yang lebih besar. Tanah-tanah berpasir tidak terlalu banyak memberikan nilai-tambah dari kegiatan pemanenan air hujan ini, kecuali kalau pada saat yang bersamaan juga ditingkatkan kesuburan tanahnya.
4)    Tanaman
Salah satu kriteria utama untuk memilih teknologi panen air hujan adalah kesesuaiannya dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Akan tetapi, jenis tanaman juga dapat disesuaikan dengan struktur bangunan pemanen air hujan. Beberapa karakteristik umum dalam kaitannya dengan kebutuhan air disajikan dalam bagian lain.
Perbedaan penting di antara tanaman tahunan (misalnya pohon) dengan tanaman semusim adalah bahwa pohon memerlukan konsentrasi air pada titik-titik tertentu, sedangkan tanaman semusim biasanya lebih diuntungkan kalau distribusi air lebih merata ke seluruh areal pertanaman. Distribusi air yang merata dapat dicapai dengan jalan meratakan tanah garapan. Rerumputan lebih toleran dengan kondisi distribusi air yang tidak merata dibandingkan dengan tanaman biji-bijian lainnya.
b)     Tujuan Sistem Panen Hujan
Proses panen hujan dalam aplikasinya meiliki beberapa manfaat bagi manusia itu sendiri dan bagi lingkungan sekitar kita, adapun manfaat dari sispem panen hujan antara lain:
·         Menyelamatkan air tanah
Dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat kita pungkiri bahwa setiap manusia tidak dapat lepas dari air yang berasal dari tanah, pada dasarnya air tanah akan tetap mengalir melalui siklus hidrologinya tetapi dengan berkembangnya zaman maka ketersediaan air semakin berkurang sehingga dengan melakukan sistem panen hujan maka kita juga ikut dalam menyelamatkan ketersediaan air hujan.
·       Mengatasi kebanjiran yang biasa terjadi di perkotaan
                Memanen air hujan merupakan salah satu metode konservasi air yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam rumah tangga dan juga mencegah terjadinya banjir di perkotaan. Upaya konservasi air memerlukan komitmen dari semua pihak terhadap isu keberlanjutan air. Apabila memanen air hujan dipraktekkan secara berkesinambungan akan dapat membantu memelihara keberlanjutan air dan keberlanjutan lingkungan sebagai pendukung perikehidupan generasi sekarang dan yang akan datang.

































7. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Dengan Menggunakan Software Cropwat 8.0
a)  Data Iklim
          Data di peroleh dari badan klimatologi stasiun pengamatan landasan udara Brang Biji dari tahun 2005-2011
b)  
c)  
d) 
e)  
f)   
g) 
h) 
i)   

j)     Dari data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan landasan

          udara Brang Biji didapatkan rata-rata Eto nya adalah 5,36 mm/day.
          Grafik dari tabel diatas menunjukkan Eto pada tiap-tiap bulannya. Eto paling tinggi dicapai pada bulan Mei dan Eto paling rendah dicapai pada bulan Desember.
c) Data Hujan
          Data hujan diperoleh dari stasiun pengamatan landasan udara Brang Biji dari tahun 2005-2011
          Dari hujan yang didapat menunjukkan curah hujan selama setahun sebanyak 1372.9 mm, dengan efisiensi hujan sebanyak 941.6 mm
          Dapat disimpulkan dari grafik diatas bahawa bulan dengan hujan dan efisiensi hujan yang paling tinggi adalah bulan Februari, sedangkan bulan dengan hujan dan efisiensi hujan yang paling rendah adalah bulan Agustus. Dari grafik ini.





·    MUSIM TANAM PERTAMA
a. Komoditas Padi
          Pada musim tanam pertama saya memiliki komoditas padi untuk dimasukkan kedalam Crowat 8.0. Dengan tanggal penanaman 15 desember dan dipanen pada tanggal 13 april, Umur tanaman berdasarkan data FAO. Saya memilih tanggal 15 November untuk menanam karena penanam padi biasa dilakukan pada musim hujan. Dari data hujan stasiun pengamatan landasan udara Brang biji awal musim hujan pada bulan November dengan curah hujan mencapai 185.2 mm dan efisiensi hujan 130.0 mm. Sehingga pada bulan tersebut sangat efektif untuk penanaman padi.
b.  Jenis tanah
Untuk jenis tanah yang saya gunakan adalah heavy (liat) dengan menggunakan data yang sudah disediakan oleh FAO dengan detil data yang ditampilkan diatas.


















·    MUSIM TANAM KEDUA
a.  Tanaman Jagung
          Pada musim tanam kedua saya memiliki komoditas jagung untuk dimasukkan kedalam Crowat 8.0. Dengan tanggal penanaman 23 april dan dipanen pada tanggal 25 agustus, Umur tanaman berdasarkan data FAO. Saya memilih tanggal 23 april untuk menanam karena pada bulan ini masih terdapat hujan yang dapat digunakan sebagai penunjang kebutuhan air tanaman.
a.         Jenis Tanah
          Untuk jenis tanah yang saya gunakan adalah Heavy (liat) berdasarkan Simulasi data tanah yang telah ditentukan oleh dosen masing-masing mahasiswa, saya menggunakan data yang sudah disediakan oleh FAO dengan detil data yang ditampilkan diatas.
b.          Kebutuhan Air Tanaman jagung
          Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa evapotranspirasi tanaman padi mulai yang ditanam pada tanggal 23 april adalah 436,2 mm sepanjang masa tanam. Decade disini maksudnya  10 hari pada setiap bulanannya. Efisiesi hujan selama masa tanam adalah 109,9 mm. Jadi kebutuhan irigasi air tanaman padi selama masa tanam yang dimulai pada musim hujan yaitu tanggal 23 april adalah 355,1 mm. Sehingga dibutuhkan irigasi untuk mengoptimalkan produksi atau pertumbuhan.
          Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan air pada tanaman sangat tinggi dimulai dari dekade 3 bulan mei sampai pada menjelang proses panen. Jadi pastikan terdapat air tanaman pada bulan selama bulan mei sampai agustus untuk mengoptimalkan produksi.
c.         Skenario Pemberian air Tanaman Padi
             Pada skenario ini memiliki nilai efisiensinya adalah 70 %
d.         Penjadwal Irigasi Tanaman Padi

          Berdasrkan skenario diatas tidak terjadi penurunan produksi, air yang digunakan oleh tanaman 269,8 mm, begitu pula dengan potensialnya, air tanaman 434,3 mm. Curah hujan sebesar 132,2, dengan efisiensi hujan sebesar 75,6 mm. Total hujan yang hilang 91.8 mm, defisit kelembaban saat panen adalah 194,2 mm, dan irigasi yang dibutuhkan  sebesar 358,7 mm.