BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Air merupakan bagian yang
esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa semua jenis kehidupan
bersifat aquatic. Dalam prakteknya suatu habitat aquatic apabila mediumnya baik
external maupun internal adalah air. Aquatic merujuk perairan yang meliputi
laut, sungai, danau, gua basah, air tanah, rawa baik asin maupun tawar dan
sejenisnya. (Muchtar, 2006).
Air adalah fasa cair dari
persenyawaan kimia yang dibentuk oleh dua bagian berat hydrogen dan 16 bagian
berat oksigen. Didalam air itu dikandung pula sejumlah kecil air berat, gas,
dan zat padat, terutama berbentuk garam dalam larutan. Benda cair seperti yang
biasa terdapat didanau, sungai, rawa, sumur dan sebagainya. (Kurnia,
2005).
Kualitas air
yang bagus di tentukan oleh pH air tersebut. Bila pH air berkisar 7 maka
kualitas air tersebut bagus dan air itu belum terkontaminasi senyawa-senyawa
yang mengandung logam berat yang dapat menyebabkan air tidak layak lagi untuk
di pakai atau di pergunakan oleh manusia atau organisme lain karena menyebabkan
kematian (Sihotang, 2009).
Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara
permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air
laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air
tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan
umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air
lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan (Ongkosongo, 2008).
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu
penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk,
dm3/dtk). Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian
sungai yang relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan
air, aliran tidak turbulen, dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Sihotang,
2009).
Pengukuran
debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air
ditentukan oleh kecepatan gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan
lebar perairan (Carlo (2011).
1.2.
Tujuan
1.
Untuk
mengenal beberapa macam alat pengukur debit aliran
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Perairan
Sachlan (2008) menjelaskan
bahwa perairan umum merupakan sumberdaya yang
mempunyai potensi besar baik bagi perikanan maupun untuk kehidupan manusia. Air
merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa semua
jenis makhluk hidup bersifat aquatic.
Arus merupakan gerakan yang mengalir dari suatu massa air yang disebabkan
oleh desitas air lau, tiupan angin atau dapat pula disebabkan gerakan
bergelombang panjang. Selanjutnya Sidjabat (2006), arus adalah pergerakan massa air secara horizontal yang disebabkan oleh
angin yang bertiup terus menerus dipermukaan dan desitas air laut.Apabila
diperhatikan arus ini pada bagian permukaan akan sulit untuk diramal kemana
arah arus tersebut.
Odum (2011)
mengemukakan bahwa air yang mengandung kadar garam kurang dari 0,5 permil, termasuk
pada air tawar (freshwater).
Nybakken (2008)
menyatakan bahwa air adalah media tempat semua organisme air, yang juga
merupakan elemen dasar penyusun dari tumbuhan dan binatang. air juga merupakan
medium tempat terjadinya sebagai reaksi kimia baik di dalam maupun di luar
organisme hidup.
Selanjutnya Sihotang (2009) mengemukakan, waduk adalah bentuk perairan yang
terletak diantara perairan sungai dan danau. Setiap waduk mempunyai morfologi
yang unik, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan antara satu waduk
dengan waduk yang lain karena di waduk terdapat perbedaan yang menyolok antara
lotik dan lentik.
Menurut Sihotang (1989), ciri khas waduk adalah mempunyai aliran yang
searah dari sungai utama. Waktu pergantian air relatif singkat. Perkembangan trofiknya
memperlihatkan eutrofik yang akan berubah menjadi oligotrofik. Nutrien yang
kaya akan memperlihatkan produktivitas dan setelah pengaliran air yang searah
akan membuang nutrien ke sungai di bagian bawah. Menurut Carlo (2001), waduk
merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air sebelum diolah baik untuk
air minum ataupun keperluan lain, lazimnya waduk dan danau sebagai tempat
penyimpan air dengan kualitas yang baik.
2.2. Debit
Air
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu
(sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk).
Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang
relatif lurus, jauh dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air,
aliran tidak turbulen, dan aliran tidak melimpah melewati tebing sungai (Sosrodarsono, 2006).
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3 – 1,4 milyard km3 air,
97,5 % adalah air laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan
sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001 %
berbentuk uap di udara. Air di bumi ini mengulangi terus-menerus sirkulasi,
prosipitasi, dan pengaliran keluar (out flow). Air menguap ke udara dari
permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan. Sesudah melalui beberapa proses
dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau
daratan.sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan
sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke
permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan tumbuh-tumbuhan
dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui
dahan-dahan ke permukaan tanah (Sosrodarsono, 2006).
Cara pengukuran debit air dapat dilakukan dengan dibendung, perhitungan
debit dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang, didapat
dari kerapatan larutan obot, dengan menggunakan pengukur arus magnitis,
pengukur arus gelombang supersonis, meter venturi, dan seterusnya (Sosrodarsono, 2006).
Asdak (2002), menjelaskan bahwa debit aliran
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan
waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam sattuan meter kubik.
Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A x v, dimana A adalah
luas penampang (m2) dan V adalah kecepatan aliran (m/detik).
Langrage (2006) menyatakan bahwa suatu cara menyatakan gerak fluida adalah dengan
mengikuti gerak tiap partikel didalam fluida. Hal ini sulit, karena kita harus
menyatakan koordinat X, Y, Z dari partikel fluida dalam menyatakan ini sebagai
fungsi waktu. Cara yang digunakan adalah dengan penerapan kinematika partikel
gerak atau aliran fluida.
BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan
Tempat
Praktikum Debit Air ini telah dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Mei
2014 di Embung Desa Pungka Sumbawa Besar.
3.2. Alat dan
Bahan
1. Bola
2. Tali Rapia
3. Stopwatch
4. Buku
5. Polpoin
6. Alat Ukur
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tabel 1. Waktu Tempuh Pada Sungai
Luas
Penampang Sungai (m)
|
Kedalaman
Sungai (m/detik)
|
3746
|
714
|
Gambar. Kurva Pendugaan
Debit Air pada Sungai
4.1.2. Tabel Waktu Tempuh Pada Saluran Sungai
Luas
Penampang Saluran Sungai (m)
|
Kedalaman
Saluran Sungai (m/detik)
|
1,333
|
0,801
|
Gambar. Kurva Pendugaan
Debit Air pada Saluran Sungai
4.2. Pembahasan
Dari hasil di atas dapat dijelaskan bahwa pada (Tabel 1)
waktu tempuh pada sungai dengan luas
penampang sungai 3746 meter, kedalaman sungai 714 (m/detik). Pada (Tabel 2)
waktu tempuh pada sungai dengan luas
penampang sungai 1,333 meter, kedalaman sungai 0,801 (m/detik). Dari ke dua
lokasi tersebut ada perbedaan nyata antara luas penampang sungai dengan kedalaman
sungai, karena ada perbedaan arus pada ke dua lokasi tersebut dimana, pada
suatu masa besar kecilnya arus mempengaruhi debit aliran air. Semakin dalam
(dasar) suatu aliran maka arus pun semakain lambat, dan sebaliknya semakin
dangkal suatu aliran maka debit arus pun semakin cepat.
Sihotang, 2009 menyatakan kedalaman merupakan dimana letak dasar perairan, oleh
karena itu menjadi suatu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran
debit air. Pengukuran debit air sangat
dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh
kecepatan gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan. Semakin
dalam perairan maka hasil pengamatan yang didapat jauh dari faktor arus
berbentuk-bentuk (meander) atau arus turbulen. Kedalaman perairan
adalah jarak vertical dari permukaan sampai ke dasar perairan yang biasanya dinyatakan
dalam meter.
BAB
V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus
air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan
pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien permukaan, tingkat
kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan. Pada saluran sungai waktu tempuhnya
jauh lebih cepat dibandingkan dengan waktu tempuh pada sungai kerena pada
saluran sungai arusnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan atau pada sungai.
daftar pustakanya mana bosss
BalasHapus