1.
Kebutuhan
air Tanaman, kebutuhan irigasi dan fase kritis tanaman berkaitan dengan
kebutuhan air tanaman.
a)
Kebutuhan
Air Tanaman
Kebutuhan
air untuk tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses
pertumbuhannya, sehingga diperoleh tambahan berat kering tanaman. Kebutuhan air
tanaman dapat diukur dari perbandingan berat air yang dibutuhkan untuk setiap
pertambahan berat kering tanaman. Dari sudut pandang irigasi, kebutuhan air
untuk tanaman ditentukan oleh dua proses kehilangan air selama pertumbuhan
tanaman, yaitu evaporasi dan transpirasi.
·
Evaporasi
adalah kehilangan air karena penguapan dari permukaan tanah dan badan air atau
permukaan tanaman tanpa memasuki sistem tanaman. Air yang berasal dari embun,
hujan atau irigasi siraman yang kemudian menguap tanpa memasuki tubuh tanaman
termasuk dalam air yang hilang karena evaporasi ini.
·
Transpirasi
adalah kehilangan air karena penguapan melalui bagian dalam tubuh tanaman,
yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman, dipergunakan untuk membentuk
jaringan tanaman dan kemudian dilepaskan melalui daun ke atmosfir. Kedua proses
kehilangan air tersebut kemudian sering disebut sebagai evapotranspirasi .
Kebutuhan
air tanaman perlu diketahui agar air irigasi dapat diberikan sesuai dengan
kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan secara tepat, di samping akan
merangsang pertumbuhan tanaman, juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan air
sehingga dapat meningkatkan luas areal tanaman yang bisa diairi. Kebutuhan air
untuk tanaman merupakan salah satu komponen kebutuhan air yang diperhitungkan
dalam perancangan sistem irigasi. Berbagai metode telah dikembangkan guna
mengukur kebutuhan air untuk tanaman.
b)
Kebutuhan Air Irigasi
kebutuhan air irigasi adalah air yang
harus diberikan melalui sistem irigasi untuk memastikan bahwa tanaman menerima
kebutuhan air tanaman penuh. Jika irigasi adalah satunya sumber pasokan air
untuk tanaman, maka kebutuhan irigasi setidaknya sama dengan kebutuhan air
tanaman, dan umumnya lebih besar untuk memungkinkan inefisiensi dalam sistem
irigasi. Perbandingan antara kebutuhan air tanaman(CWR) dan kebutuhan
irigasi(IR) dianggap penting.
Tanaman memiliki batas untuk menerima
air yang berasal dari luar, sehingga diperlukan adanya proses memperkirakan air
tanaman karna Perkiraan yang salah dari irrigation
requeirment(IR) dapat menyebabkan kegagalan serius dalam kinerja sistem dan
membuang sumber daya air yang berharga, Ini dapat mengakibatkan kontrol yang
tidak memadai dari kondisi kelembaban tanah di zona akar, dapat menyebabkan
genangan air, salinitas atau pencucian hara dari tanah. Hal ini dapat
menyebabkan kapasitas yang tidak sesuai dengan sistem irigasi atau waduk
penyimpanan, efisiensi penggunaan air yang rendah dan pengurangan di daerah
irigasi . Perkiraan IR yang berlebih pada permintaan puncak juga dapat mengakibatkan
peningkatan biaya pengembangan,
Kebutuhan air irigasi yang diperlukan
oleh tanaman dapat diperkirakan dengan memperhitungkan beberapa faktor sebagai
berikut:
·
Evapotranspirasi
tanaman
·
Curah
hujan efektif
·
Kontribusi
air tanah
·
Air
yang tersimpan dalam tanah
c)
Fase kritis tanaman berhubungan dengan
kebutuhan air tanaman
Ketersediaan
air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman merupakan syarat penting dalam
keberhasilan suatu tanaman bertahan hidup, karena air berfungsi sebagai
pelarut, media tempat reaksi-reaksi biokimia, pengatur penggembungan jaringan,
dan penting untuk proses fisiologi seperti pembelahan sel, respirasi, dan
fotosintesis. Pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh status air dalam
tanaman dan tidak langsung oleh status air tanah.
Kelebihan
atau kekurangan air mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Kelebihan air menyebabkan
genangan dan menimbulkan cekaman aerasi, sedangkan kekurangan air menyebabkan
cekaman kekeringan. Kebutuhan air tanaman ditentukan oleh kondisi iklim, cara
budi daya, dan umur varietas yang ditanam. Kebutuhan air tanaman pada awal
periode pertumbuhan sedikit, kemudian meningkat hingga kanopi daun berkembang
dan menutup sempurna, selanjutnya berkurang hingga menjelang panen. Pada puncak
berbunga dan fase-fase kritis terhadap kekeringan, tanaman membutuhkan air
lebih banyak.
Di daerah beriklim kering, tanaman membutuhkan air lebih banyak, karena kehilangan air akibat penguapan lebih besar dibanding di daerah beriklim basah. Cara budi daya seperti pengolahan tanah, jarak tanam,. pemupukan, penggunaan mulsa, dan sistem tanam tumpangsari berpengaruh terhadap jumlah penggunaan air oleh tanaman. Varietas berumur pendek membutuhkan air lebih sedikit dibanding yang berumur panjang. Varietas toleran kekeringan membutuhkan air Iebih sedikit karena dapat memanfaatkan air lebih efisien dibanding varietas-varietas yang kurang tahan toleransi.
Di daerah beriklim kering, tanaman membutuhkan air lebih banyak, karena kehilangan air akibat penguapan lebih besar dibanding di daerah beriklim basah. Cara budi daya seperti pengolahan tanah, jarak tanam,. pemupukan, penggunaan mulsa, dan sistem tanam tumpangsari berpengaruh terhadap jumlah penggunaan air oleh tanaman. Varietas berumur pendek membutuhkan air lebih sedikit dibanding yang berumur panjang. Varietas toleran kekeringan membutuhkan air Iebih sedikit karena dapat memanfaatkan air lebih efisien dibanding varietas-varietas yang kurang tahan toleransi.
2. Pengaruh
Air Terhadap Produksi dan Hasil Akhir Tanaman
aa) Pengaruh air terhadap
produksi dan hasil akhir tanaman
Kebutuhan air
pada budidaya tanaman secara umum dipengaruhi oleh topografi, jenis tanah,
periode pertumbuhan, dan praktik budidaya. Pada tanaman padi Yoshida (1981)
menyatakan bahwa tanaman padi membutuhkan air sebanyak 180-300 mm/bulan agar
dapat berproduksi dengan baik. Lebih lanjut Bouman (2009) menambahkan bahwa
untuk menghasilkan 1 kg gabah, tanaman padi membutuhkan 2 500 liter air yang
berasal dari hujan atau irigasi.
Stress atau cekaman air dapat berarti kelebihan atau kekurangan
air. Kelebihan air berupa cekaman banjir sedangkan kekurangan air berupa
cekaman kekeringan. Padi merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap
cekaman kekeringan. Tanda awal penurunan air tanah adalah penggulungan daun
yang pada akhirnya mengurangi
radiasi surya pada daun.
Penggulungan daun merupakan
ekspresi sederhana kehilangan turgor pada daun (Fischer and Fukai,
2003). Kekeringan mempengaruhi morfologi, fisiologi, dan aktivitas pada
tingkatan molekular tanaman padi seperti menunda pembungaan, mengurangi
distribusi dan alokasi bahan kering, mengurangi kapasitas fotosintesis sebagai
akibat dari menutupnya stomata, pembatasan berkenaan dengan metabolisme, dan
kerusakan pada koroplas (Farooq et al., 2009).
Cekaman kekeringan pada tiap tahap pertumbuhan dapat menurunkan
hasil. Gejala yang paling umum terjadi akibat cekaman kekeringan antara lain
penggulungan daun, daun mengering, terhentinya pertumbuhan, tertundanya
pembungaan, bulir hampa, dan pengisian bulir yang tidak sempurna (Yoshida,
1981).
Lafitte (2003) menjelaskan bahwa tanaman padi sensitif terhadap
cekaman kekeringan terutama pada masa pembungaan. Galur padi yang berbunga
dalam waktu tidak lama setelah pengairan dilakukan, akan lebih sedikit
terpengaruh cekaman kekeringan daripada galur padi yang berbunga lebih lambat.
Fischer dan Fukai (2003) menyatakan bahwa pembungaan sering tertunda selama 2 –
3 minggu pada kondisi cekaman kekeringan. Dalam beberapa kasus, bahkan bunga
tidak muncul.
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh
air terhadap produksi dan hasil akhir tanaman, semua penelitian tersebut
memberikan hasil yang sama bahwa air yang diberikan kepada tanaman akan
berpengaruh terhadap hasil akhir tanaman.
b) Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan use water effisiensy
Menurut pendapat
saya ada beberapa alasan prilaku petani yang secara berlebihan mengairi lahan
pertanian mereka, hal utama dari perilaku petani ini adalah kurangnya kontrol
lembaga pertanian dalam mengelola air bagi petani dan kurangnya pergerakan pemerintah dalam hal
memberikan pengertian kepada masyarakat tentang bahaya pemberian air pada
tanaman secara berlebihan. Sehingga menurut saya ada beberapa cara dalam
mengoptimalkan use water effisiensy,
antara lain:
·
Meningkatkan peran lembaga pertanian yang khusus menangani tentang
pengairan.
Prilaku pemberian
air yang berlebihan yang dilakukan petani disebabkan kurangnya peran lembaga
pertanian yang khusus menangani pengairan, keberadaan lembaga ini hanya sebagai
simbol dalam masyarakat. Jika lembaga ini lebih giat dalam mengatur air maka
tidak ada istilah petani yang nenberikan air kepada lahannya secara berlebihan,
terlebih khusus orang yang biasa mengatur air
atau yang biasa disebut “MALAR” harus
menggunakan orang yang sangat mengerti tentang pengairan bukannya asal memilih
tanpa ada pertimbangan tentang kemampuan dari orang yang dipilih.
·
Meningkatkan peran penyuluh pertanian.
Peran penyuluh
dalam memberikan pengertian kepada petani dirasa sangat minim, hal ini dikarenakan tim penyuluh pertanian tidak
pernah turun ke lapangan secara langsung untuk berdialog kepada masyarakat
sehingga petani kita minim akan pengetahuan tentang bagaimana cara mengatur air
untuk tanamannya agar lebih efisien yang bermanfaat. Penyuluh pertanian harus
lebih sering turun ke lapangan agar dapat berdialog secara langsung dan
mengetahui kondisi di lapangan secara langsung.
3. Jenis-Jenis Pemberian Air untuk Tanaman
1. Sistem
Irigasi Permukaan (Surface Irrigation System)
Sistem irigasi
permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah dan membiarkan air
meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui
saluran terbuka maupun melalui pipa dengan head rendah. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil
daripada irigasi curah maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan,
seperti untuk membuat teras.
Sistem irigasi
permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur (Furrow
irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija, karena penggunaan air oleh tanaman
lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah pemberian air di atas lahan melalui
alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil dan megalirkannya
sepanjang alur daalam lahan.
Untuk menyusun
suatu rancangan irigasi harus diadakan terlebih dahulu survei mengenai kondisi
daerah yang bersangkutan serta penjelasannya, penyelidikan
jenis-jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan diirigasi dan
lain-lain untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya.
Suatu daerah
irigasi permukaan terdiri dari susunan tanah yang akan diairi secara teratur
dan terdiri dari susunan jaringan saluran air dan bangunan lain untuk mengatur
pembagian, pemberian, penyaluran, dan pembuangan kelebihan air. Dari sumbernya,
air disalurkan melalui saluran primer lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder
dan tersier dengan perantaraan bangunan bagi dan atau sadap terser ke petak
sawah dalam satuan petak tersier. Petak tersier merupakan petak-petak
pengairan/pengambilan dari saluran irigasi yang terdiri dari gabungan petak
sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak tersier tergantung pada topografi
dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan tidak terlalu banyak berbeda. Apabila
terlalu besar akan menyulitkan pembagian air tetapi apabila terlalu kecil akan
membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak tersier diantaranya adalah, di tanah
datar : 200-300 ha, di tanah agak miring : 100-200 ha dan di tanah perbukitan :
50-100 ha.
Terdapat beberapa keuntungan
menggunakan irigasi furrow. Keuntungannya sesuai untuk semua kondisi lahan,
besarnya air yang mengalir dalam lahan akan meresap ke dalam tanah untuk
dipergunakan oleh tanaman secara efektif, efisien pemakaian air lebih besar
dibandingkan dengan sistem irigasi genangan (basin) dan irigasi galengan
(border).
Sistem irigasi permukaan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa
kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi
permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam
hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk
menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai
contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang
rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.
Sistem irigasi permukaan lainnya
adalah peluapan dan penggenangan secara terkendali. Cara yang umum digunakan
dalam hal ini adalah dengan menggunakan bangunan penangkap, saluran pembagi
saluran pemberi, dan peluapan ke dalam petak petak lahan beririgasi. Jenis bangunan
penangkap bermacam-macam, diantaranya adalah (1) bendung, (2) intake, dan (3)
stasiun pompa.
2. Sistem Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface
Irrigation System)
Sistem irigasi bawah permukaan dapat
dilakukan dengan meresapkan air ke dalam tanah di bawah zona perakaran melalui
sistem saluran terbuka ataupun dengan menggunakan pipa porus. Lengas tanah
digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan
oleh tanaman.
3. Sistem irigasi dengan pancaran (sprinkle irrigation)
Irigasi curah atau siraman
(sprinkle) menggunakan tekanan untuk membentuk tetesan air yang mirip hujan ke
permukaan lahan pertanian. Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.
Sistem ini dapat pula digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi
angin, memberikan pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari
sumber melalui jaringan pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke
beberapa lateral yang masing-masing mempunyai beberapa mata pencurah
(sprinkler).
4. Sistem irigasi tetes (Drip
Irrigation)
Irigasi tetes adalah suatu sistem pemberian air melalui pipa/
selang berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu, dimana air yang keluar
berupa tetesan-tetesan langsung pada daerah perakaran tanaman. Tujuan dari
irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus membasahi
keseluruhan lahan, sehingga mereduksi kehilangan air akibat penguapan yang
berlebihan, pemakaian air lebih efisien, mengurangi limpasan, serta menekan/mengurangi
pertumbuhan gulma.
Ciri-ciri irigasi tetes adalah debit
air kecil selama periode waktu tertentu, interval (selang)yang sering, atau
frekuensi pemberian air yang tinggi , air diberikan pada daerah perakaran
tanaman, aliran air bertekanan dan efisiensi serta keseragaman pemberian air
lebih baik.
4. Jenis-Jenis
Pengairan di Sawah
a) Irigasi terus menerus (continuous flow)
Sistem
irigasi terus menerus dilakukan dengan memberikan air kepada tanaman dan
dibiarkan tergenang mulai beberapa hari setelah tanam hingga beberapa hari
menjelang panen. Penggunaan sistem ini, dengan mempertimbangkan : penerimaan
respon yang baik pada waktu pemupukan, menekan pertumbuhan gulma, dan menghemat
tenaga untuk pengolahan tanah. Kebanyakan petani di Indonesia menerapkan sistem
pengairan ini. Selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi (1)
efisiensi serapan hara nitrogen, (2) meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer,
(3) dan menaikkan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang
dibutuhkan.
b) Irigasi bergilir (rotational irrigation)
Irigasi
bergilir merupakan teknik irigasi dimana pemberian air dilakukan pada suatu
luasan tertentu untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air
yang dapat digunakan hingga periode irigasi berikutnya dilakukan.
c) Irigasi berselang (intermittent irrigation)
Irigasi
berselang adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang
secara bergantian. Kondisi seperti itu ditujukan antara lain untuk :
·
Menghemat
air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas.
·
Memberi
kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang
lebih dalam
- Mengurangi timbulnya keracunan besi
- Mengurangi penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat perkembangan akar
- Mengaktifkan jasad renik mikroba yang menghambat
- Mengurangi kerebahan
- Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah)
- Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
- Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
- Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus
5. Jenis-Jenis Air di Muka Bumi
Jenis-jenis air
di permukaan bumi tersaji dalam tabel dibawah ini
No
|
Air dalam Fase Siklus Hidrologi
|
3
Km
|
Persen
|
1.
|
Air di Daratan:
a. Danau air tawar
b. Danau air asin dan laut daratan
c. Sungai
d. Kelembaban tanah dan air vadose
e. Air tanah sampai kedalaman 4000 m
f. Es dan glaciers
|
122,4
108,8
1,36
68
8.296
29.104
|
0,009
0,008
0,0001
0,005
0,61
2,14
|
2.
|
Air di Atmosfir
|
13,6
|
0,001
|
3.
|
Air di Lautan
|
1.322.285
|
97,2
|
Total Air di Dunia
|
1.360.000
|
100
|
Jenis air dipermukaan bumi dapat dibagi menjadi 3
kelompok besar, antar lain:
a) Air
di Lautan
Air di
lautan memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis air lainnya,
jumlah air dilautan sampai mencapai angka 1.322.285 km3 yang berarti
97,2% air yang berada di bumi berada di lautan.
b) Air
di atmosfer
Air di
atmosfer memiliki nilai yang paling rendah yaitu 13,6 km3 yang
berarti 0,001% air yang berada di muka bumi berada di atmosfer bumi.
c) Air
di daratan
Air di
daratan mencapai angka 29.104 km3 yang berarti 2,14% air yang berada
di bumi berada didaratan, teteapi air di daratan dibagi menjadi beberapa bagian
antara lain:
·
Danau
air tawar
·
Danau
air asin
·
Sungai
·
Air
tanah sampai kedalaman 4000 m
·
Kelembaban
tanah dan air vadose
·
Es
dan gletser.
6. Panen
Air Hujan
a) Pengertian
panen air hujan
Panen hujan merupakan suatu cara menampung air pada musim hujan
untuk dapat dipergunakan pada saat musim kemarau, sistem panen hujan dapat digunakan untuk mengantisipasi kelangkaan air terutama di
wilayah beriklim kering. Ada
tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem pemanenan air hujan yaitu: 1) catchment, yaitu penangkap
air hujan berupa permukaan atap; 2) delivery
system, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat
penampungan melalui talang; dan 3) storage
reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak atau
kolam. Selain ketiga komponen dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan komponen
pendukung seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam penampung. (Worm,
Janette & van Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai 2004).
Kondisi yang
sangat sesuai untuk dilakukannya proses panen hujan ini di bagi dalam beberapa
faktor, antara lain:
1) Iklim
Pemanenan air hujan sangat sesuai untuk daerah-daerah
semi-arid dengan rataan curah hujan tahunan (300-700 mm). Teknologi ini juga
dipraktekkan di beberapa daerah arid dengan rataan curah hujan tahunan (100-300
mm). Di kebanyakan daerah tropis, periode utama curah hujan terjadi
selama periode panas ’summer’, pada saat alju evaporasi sangat tinggi. Di
daerah tropis yang lebih kering, risiko kegagalan panen tanaman lebih besar.
Biaya struktur pemanenan air hujan juga lebih tinggi karena haruis dibuat dengan
sekala lebih besar.
2)
Kemiringan
Lereng
Pemanenan air hujan tidak direkomendasikan
pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% karena distribusi runoff tidak
merata, erosi tanah intensif dan biaya pembuatan bangunan penangkap air hujan
juga mahal.
3)
Tanah
dan Pengelolaan Kesuburan Tanah
Tanah-tanah di zone budidaya harus cukup
tebal sehingga mempunyai kapasitas simpanan air yang cukup besar, dan tanahnya
subur. Tanah-tanah di daerah-tangkapan air harus mempunyai laju
infiltrasi yang rendah. Untuk kebanyakan sistem pemanenan air, kesuburan
tanahnya harus diperbaiki, atau dipertahankan, supaya tetap produktif dan
lestari. Peningkatan ketersediaan lengas tanah dan peningkatan produktivitas
tanaman yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan air hujan akan berdampak pada
eksploitasi hara tanah yang lebih besar. Tanah-tanah berpasir tidak terlalu
banyak memberikan nilai-tambah dari kegiatan pemanenan air hujan ini, kecuali
kalau pada saat yang bersamaan juga ditingkatkan kesuburan tanahnya.
4)
Tanaman
Salah
satu kriteria utama untuk memilih teknologi panen air hujan adalah
kesesuaiannya dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Akan tetapi, jenis
tanaman juga dapat disesuaikan dengan struktur bangunan pemanen air hujan.
Beberapa karakteristik umum dalam kaitannya dengan kebutuhan air disajikan
dalam bagian lain.
Perbedaan
penting di antara tanaman tahunan (misalnya pohon) dengan tanaman semusim
adalah bahwa pohon memerlukan konsentrasi air pada titik-titik tertentu,
sedangkan tanaman semusim biasanya lebih diuntungkan kalau distribusi air lebih
merata ke seluruh areal pertanaman. Distribusi air yang merata dapat dicapai
dengan jalan meratakan tanah garapan. Rerumputan lebih toleran dengan kondisi
distribusi air yang tidak merata dibandingkan dengan tanaman biji-bijian
lainnya.
b)
Tujuan Sistem Panen Hujan
Proses panen hujan dalam aplikasinya
meiliki beberapa manfaat bagi manusia itu sendiri dan bagi lingkungan sekitar
kita, adapun manfaat dari sispem panen hujan antara lain:
·
Menyelamatkan air tanah
Dalam kehidupan sehari-hari tidak
dapat kita pungkiri bahwa setiap manusia tidak dapat lepas dari air yang
berasal dari tanah, pada dasarnya air tanah akan tetap mengalir melalui siklus
hidrologinya tetapi dengan berkembangnya zaman maka ketersediaan air semakin
berkurang sehingga dengan melakukan sistem panen hujan maka kita juga ikut
dalam menyelamatkan ketersediaan air hujan.
·
Mengatasi
kebanjiran yang biasa terjadi di perkotaan
Memanen air hujan merupakan salah satu
metode konservasi air yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam rumah tangga
dan juga mencegah terjadinya banjir di perkotaan. Upaya konservasi air
memerlukan komitmen dari semua pihak terhadap isu keberlanjutan air. Apabila
memanen air hujan dipraktekkan secara berkesinambungan akan dapat membantu
memelihara keberlanjutan air dan keberlanjutan lingkungan sebagai pendukung
perikehidupan generasi sekarang dan yang akan datang.
7. Analisis
Kebutuhan Air Tanaman Dengan Menggunakan Software Cropwat 8.0
a) Data Iklim
Data di peroleh dari badan klimatologi
stasiun pengamatan landasan udara Brang Biji dari tahun 2005-2011
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j) Dari
data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan landasan
udara
Brang Biji didapatkan rata-rata Eto nya adalah 5,36 mm/day.
Grafik
dari tabel diatas menunjukkan Eto pada tiap-tiap bulannya. Eto paling tinggi
dicapai pada bulan Mei dan Eto paling rendah dicapai pada bulan Desember.
c) Data
Hujan
Data
hujan diperoleh dari stasiun pengamatan landasan udara Brang Biji dari tahun
2005-2011
Dari
hujan yang didapat menunjukkan curah hujan selama setahun sebanyak 1372.9 mm,
dengan efisiensi hujan sebanyak 941.6 mm
Dapat
disimpulkan dari grafik diatas bahawa bulan dengan hujan dan efisiensi hujan
yang paling tinggi adalah bulan Februari, sedangkan bulan dengan hujan dan
efisiensi hujan yang paling rendah adalah bulan Agustus. Dari grafik ini.
·
MUSIM TANAM PERTAMA
a. Komoditas
Padi
Pada
musim tanam pertama saya memiliki komoditas padi untuk dimasukkan kedalam
Crowat 8.0. Dengan tanggal penanaman 15 desember dan dipanen pada tanggal 13
april, Umur tanaman berdasarkan data FAO. Saya memilih tanggal 15 November untuk
menanam karena penanam padi biasa dilakukan pada musim hujan. Dari data hujan
stasiun pengamatan landasan udara Brang biji awal musim hujan pada bulan
November dengan curah hujan mencapai 185.2 mm dan efisiensi hujan 130.0 mm.
Sehingga pada bulan tersebut sangat efektif untuk penanaman padi.
b. Jenis tanah
Untuk jenis tanah yang saya gunakan
adalah heavy (liat) dengan menggunakan data yang sudah disediakan oleh FAO
dengan detil data yang ditampilkan diatas.
·
MUSIM TANAM KEDUA
a. Tanaman Jagung
Pada
musim tanam kedua saya memiliki komoditas jagung untuk dimasukkan kedalam
Crowat 8.0. Dengan tanggal penanaman 23 april dan dipanen pada tanggal 25 agustus,
Umur tanaman berdasarkan data FAO. Saya memilih tanggal 23 april untuk menanam
karena pada bulan ini masih terdapat hujan yang dapat digunakan sebagai
penunjang kebutuhan air tanaman.
a.
Jenis Tanah
Untuk jenis tanah yang saya gunakan
adalah Heavy (liat) berdasarkan Simulasi data tanah yang telah ditentukan oleh
dosen masing-masing mahasiswa, saya menggunakan data yang sudah disediakan oleh
FAO dengan detil data yang ditampilkan diatas.
b.
Kebutuhan Air Tanaman jagung
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
evapotranspirasi tanaman padi mulai yang ditanam pada tanggal 23 april adalah
436,2 mm sepanjang masa tanam. Decade disini maksudnya 10 hari pada setiap bulanannya. Efisiesi
hujan selama masa tanam adalah 109,9 mm. Jadi kebutuhan irigasi air tanaman
padi selama masa tanam yang dimulai pada musim hujan yaitu tanggal 23 april
adalah 355,1 mm. Sehingga dibutuhkan irigasi untuk mengoptimalkan produksi atau
pertumbuhan.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
kebutuhan air pada tanaman sangat tinggi dimulai dari dekade 3 bulan mei sampai
pada menjelang proses panen. Jadi pastikan terdapat air tanaman pada bulan
selama bulan mei sampai agustus untuk mengoptimalkan produksi.
c.
Skenario Pemberian air Tanaman Padi
Pada skenario ini memiliki nilai efisiensinya
adalah 70 %
d.
Penjadwal Irigasi Tanaman Padi
Berdasrkan skenario diatas tidak
terjadi penurunan produksi, air yang digunakan oleh tanaman 269,8 mm, begitu
pula dengan potensialnya, air tanaman 434,3 mm. Curah hujan sebesar 132,2,
dengan efisiensi hujan sebesar 75,6 mm. Total hujan yang hilang 91.8 mm,
defisit kelembaban saat panen adalah 194,2 mm, dan irigasi yang dibutuhkan sebesar 358,7 mm.
0 komentar:
Posting Komentar