BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di
suatu luasan tertentu di permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk ( input) dan keluar (output)
pada jangka waktu tertentu Neraca masukan dan keluaran air di suatu tempat
dikenal sebagai neraca air ( water balance).
Karena air bersifat dinamis maka nilai neraca air selalu
berubah dari waktu ke waktu sehingga di suatu tempat kemungkinan bisa terjadi kelebihan air (suplus) ataupun kekurangan (deficit) (Mahbub, 2011).
Apabila kelebihan dan kekurangan
air ini dalam keadaan ekstrim tentu dapat menimbulkan bencana, seperti
banjir ataupun kekeringan. Bencana tersebut dapat dicegah atau
ditanggulangi bila dilakukan pengelolaan yang balk terhadap lahan
dan lingkungan nya. Neraca air lahan merupakan neraca air untuk penggunaan lahan pertanian secara umum. Neraca ini bermanfaat dalam mempertimbangkan kesesuaian lahan pertanian; mengatur jadwal tanam dan panen; mengatur pemberian air
irigasi
dalam jumlah dan waktu yang tepat
(Soemarno, 2008).
Dalam perhitungan neraca air lahan
bulanan diperlukan data masukan yaitu curah hujan bulanan (CH), evapotranspirasi bulanan (ETP), kapasitas lapang (KL)
dan titik layu permanen (TLP). Nilai -nilai yang diperoleh dari analisis neraca air lahan ini adalah harga-harga dengan asumsi-asumsi sebagai
berikut:.
1)
lahan datar tertutup vegetasi rumput,
2)
lahan berupa tanah dimana air yang
masuk pada tanah tersebut hanya berasal dari curah hujan
saja.
3)
keadaan profit tanah homogen sehingga KL dan TLP mewakili seluruh lapisan clan hamparan
tanah (Soemarno, 2008)..
1.2 Tujuan
1.
Mahasiswa
mampu menghitung curah hujan rata-rata bulanan dengan metode regresi,
statistika, dan ranking
2.
Mahasiswa
mampu menghitung dan menganalisis neraca air lahan bulanan dengan metide
thorthwaite
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidrologi
Kodoati dan Rustam
(2008) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa
cair, gas, dan padat baik proses di atmosfir, tanah dan badan-badan airyang
tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalambentuk air, es,atau kabut. Pada perjalanan
menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung
jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
·
Evaporasi /
transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.
kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
·
Infiltrasi /
Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan
pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat
aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
·
Air
Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran
permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada
daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama
yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Gambar 2.1. Siklus Hidrologi
(T=transpirasi, E=evaporasi, P=hujan, R=aliran permukaan, G=aliran airtanah dan
I=infiltrasi). Sumber: Viessman, 2005).
Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di
permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar
(output) pada jangka waktu tertentu. Semakin cepat siklus hidrologi terjadi
maka tingkat neraca air nya semakin dinamis (Soewarno, 2000).
Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui sejumlah
proses aliran air
yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu
yang berbeda-beda (Soewarno,
2000).
2.2 Neraca
Air
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air
disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah
air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan
mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana
yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air
sebaik-baiknya (Soewarno, 2000).
Soewarno (2000) menytakan bahwa model neraca air cukup banyak, namun yang
biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain:
a)
Model Neraca
Air Umum. Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk
mengetahui berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi
kehilangan air untuk penguapan dari permukaan tanah atau evaporasi maupun
penguapan dari sistem tanaman atau transpirasi, penggabungan keduanta dikenal
sebagai evapotranspirasi).
b) Model Neraca Air Lahan. Model ini merupakan
penggabungan data-data klimatologis dengan data-data tanah terutama data kadar
air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP),
dan Air Tersedia (WHC = Water Holding Capacity).
·
Kapasitas
lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang
dapat ditahan tanah tersebut akan terus-menerus diserap akar tanaman atau
menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman
tidak lagi mampu menyerap airsehingga tanaman menjadi layu. Kandungan air pada
kapasitas lapang diukur pada tegangan 1/3 bar atau 33 kPa atau pF 2,53 atau 346
cm kolom air.
·
Titik layu
permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana akar-kar tanaman tidak mampu
lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu. Tanaman akan tetap layu pada
siang atau malam hari. Kandungan air pada titik layu permanen diukur pada
tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau 15.849 cm tinggi kolom air.
·
Air tersedia
adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kapasitas
lapang dan titik layu permanen.
c)
Model Neraca
Air Tanaman. Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah,
dan data tanaman. Neraca air ini dibuat untuk tujuan khusus pada jenis tanaman
tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data koefisien tanaman pada
komponen keluaran dari neraca air. Neraca air adalah gambaran potensi dan pemanfaatan sumberdaya air dalam periode tertentu. Dari neraca
air ini dapat diketahui potensi sumberdaya air yang masih belum dimanfaatkan
dengan optimal.
Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan prinsip bahwa selama periode waktu tertentu
masukan air total sama dengan keluaran air total ditambah dengan perubahan air
cadangan (change in storage). Nilai perubahan air cadangan ini dapat bertanda
positif atau negatif (Soewarno, 2000).
Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan
keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang
keluar dari sistem (sub sistem) tertentu. Secara umum persamaan neraca air
dirumuskan dengan
(Sri, 2000).
2.3 Kelebihan Air Tanaman
Kelebihan air pada tanaman biasanya terlihat /terjadi ketika awal musim
hujan (akhir musim kemarau) dan padsa saat pertengfahan musim hujan. Yang
sangat berdampak bagi pertumbuhan tanaman dapat di lihat sebagai berikut:” Awal
musim hujan (akhir musim kemarau) (Aak, 2000).
Ciri, sinar matahari cukup banyak, suhu udara panas, kelembaban udara
absolute (Ah) tinggi, kelembaban udara relatip (Rh) tinggi, hujan masih jarang
terjadi, dan sumber air tanah maupun air permukaan sedikit. Dampak bagi tanaman
yaitu proses transpirasi (proses pendinginan) terganggu karena tingginya nilai
Rh. Keadaan ini diperparah dengan sulitnya proses pendinginan secara konduksi
lewat daun, karena bahang panas pada fase musim ini juga tinggi. Akibatnya
tanaman akan kepanasan, daun dan batang tanaman nampak layu meski masih nampak
hijau. Kalau kondisi parah ranting dan daun akan menguning dan rontok (Aak,
2000).
Kesalahan yang sering dilakukan pada fase ini, melihat tanaman nampak layu
timbul anggapan tanaman kurang air. Padahal kelayuan muncul bukan karena
kekurangan air (seperti pada musim panas), namun akibat terganggunya proses
penyerapan air karena transpirasi terhambat. Dampak selanjutnya gampang diduga,
zona akar akan kelebihan air dan mengundang penyakit (Aak, 2000).
Pertengahan musim
hujan. Ciri, sinar matahari terhalangi mendung, suhu udara turun, kelembaban
udara absolute (Ah) turun / rendah, kelembaban udara relatip (Rh) tinggi,
frekwensi hujan tinggi, dan sumber air tanah maupun air permukaan melimpah
(Aak, 2000).
Dampak bagi tanaman
antara lain Kelembaban (Rh) tinggi pada suhu yang rendah merupakan kondisi
ideal pertumbuhan spora jamur. Tanaman yang tidak sehat atau bagian tanaman
yang tua menjadi rentan serangan jamur. Genangan-genangan air pada bagian
batang, bonggol, dan daun (bagian-bagian yang kaya karbohidrat) cepat atau
lambat akan diserbu jamur (Aak, 2000).
1.1. Kekurangan Air Tanaman
Kekurangan
air mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman, yang meliputi proses
fisiologi, biokimia, anatomi dan morfologi. Pada saat kekurangan air, sebagian
stomata daun menutup sehingga terjadi hambatan masuknya CO2 dan menurunkan
aktivitas fotosintesis. Selain menghambat aktivitas fotosintesis, kekurangan
air juga menghambat sintesis protein dan dinding sel (Salisbury 2006).
Tanaman yang mengalami kekurangan
air secara umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman
yang tumbuh normal (Kurniasari 2010). Kekurangan air menyebabkan penurunan
hasil yang sangat signifikan dan bahkan menjadi penyebab kematian pada tanaman
(Salisbury, 2006).
Mansfield (2008) menjelaskan bahwa
respons tanaman yang mengalami kekurangan air dapat merupakan perubahan di
tingkat selular dan molekular yang ditunjukkan dengan penurunan laju
pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar : tajuk. Tingkat
kerugian tanaman akibat kekurangan air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan tahap
pertumbuhan saat tanaman mengalami kekeringan.
Lie (2006) menjelaskan bahwa
evaluasi toleransi tanaman terhadap kekurangan air dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi ciri-ciri morfologi, anatomi, dan fisiologi yang berkaitan
erat dengan hasil produksi tanaman di lingkungan yang kekurangan air.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Sabtu 21 Juni 2014 di Fakultas Pertanian Universitas
Sumbawa (UNSA) Sumbawa Besar.
3.2. Alat
Dan Bahan
·
Kalkulator
·
Komputer dengan program Sofware MS Excel
·
Bolpoin
·
Buku
·
Modul
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel
Penghitung CH Peluang P > 75%
Bulan
Juli
|
Urutan
Besar Kecil
|
Ranking
|
Peluang
(%)
|
|
Tahun
|
CH
|
|||
1980
|
150
|
260
|
1
|
5
|
1981
|
96
|
244
|
2
|
10
|
1982
|
100
|
230
|
3
|
15
|
1983
|
244
|
228
|
4
|
20
|
1984
|
120
|
220
|
5
|
25
|
1985
|
86
|
199
|
6
|
30
|
1986
|
162
|
165
|
7
|
35
|
1987
|
78
|
162
|
8
|
40
|
1988
|
69
|
150
|
9
|
45
|
1989
|
199
|
120
|
10
|
50
|
1990
|
94
|
120
|
11
|
55
|
1991
|
35
|
111
|
12
|
60
|
1991
|
220
|
100
|
13
|
65
|
1993
|
120
|
96
|
14
|
70
|
1994
|
165
|
94
|
15
|
75
|
1995
|
228
|
87
|
16
|
80
|
1996
|
111
|
86
|
17
|
85
|
1997
|
87
|
78
|
18
|
90
|
1998
|
200
|
69
|
19
|
95
|
1999
|
230
|
35
|
20
|
100
|
CH-rata
|
142.7
|
|
|
|
SD
|
64.29308
|
|
|
|
4.2. Tabel 1. Hasil Neraca air bulanan (mm)
wilayah X data Lapang (KL) = 225 mm dan Titik Layu Permanen = 75 mm
Bulan
|
CH
|
ETP
|
CH-ETP
|
APWL
|
KAT
|
dKAT
|
ETA
|
Defisit
|
Surplus
|
run-off
|
Jan
|
450
|
150
|
300
|
225
|
0
|
150
|
0
|
300
|
182
|
|
Feb
|
300
|
132
|
168
|
225
|
0
|
132
|
0
|
168
|
175
|
|
Mar
|
275
|
130
|
145
|
225
|
0
|
130
|
0
|
145
|
160
|
|
Apr
|
200
|
125
|
75
|
225
|
0
|
125
|
0
|
75
|
118
|
|
Mei
|
155
|
135
|
20
|
225
|
0
|
135
|
0
|
20
|
69
|
|
Jun
|
112
|
140
|
-28
|
-28
|
199
|
-26
|
86
|
54
|
0
|
35
|
Jul
|
30
|
145
|
-115
|
-143
|
131
|
-68
|
-38
|
183
|
0
|
18
|
Agust
|
50
|
150
|
-100
|
-243
|
103
|
-28
|
22
|
128
|
0
|
9
|
Sep
|
76
|
138
|
-62
|
-305
|
94
|
-9
|
67
|
71
|
0
|
5
|
Okt
|
137
|
140
|
-3
|
-308
|
93
|
-1
|
136
|
4
|
0
|
3
|
Nop
|
250
|
142
|
108
|
201
|
108
|
142
|
0
|
0
|
2
|
|
Des
|
326
|
175
|
151
|
225
|
24
|
175
|
0
|
127
|
64
|
|
Total
|
2361
|
1702
|
436
|
815
|
840
|
Kurva Perhitungan Neraca Air Lahan
Bulanan dengan Metode Thornwaite
4.2. Pembahasan
Sebelum
menganalisis neraca air lahan, maka diperlukan beberapa data yang akan
menunjang dalam perhitungan neraca air lahan, data tersebut antara lain adalah curah hujan dan nilai evapotranspirasi.
Dilihat dari tabel (2) mengenai perhitungan neraca air lahan, jumlah
air yang tersedia di lahan mencapai 2361 mm dengan jumlah defisit 436 mm, evapotranspirasi aktual sebesar 1262 mm,
sehingga selama setahun terjadi surplus dan run-off masing-masing
sebesar 815 mm dan 840 mm.
Pada beberapa bulan di selang waktu bulan juli sampai oktober terjadi
defisit air meskipun kondisi curah hujan bisa dikatakan normal ini disebakan
oleh jumlah
evapotranspirasi aktual melebihi jumlah curah hujan. Sehingga selama setahun
tersebut terdapat 10 jumlah bulan basah dan 2 bulan kering. Pada kondisi defisit ini kandungan air tanah pun mengalami penurunan
seiring dengan berkurangnnya curah hujan dan air tanah dimanfaatkan
untuk evapotranspirasi (ETA) maka apabila air tanah tidak disuplai oleh hujan akan
mengalami defisit dan kondisi demikian disebut musim kemarau. Periode ini berlangsung antara bulan Juni sampai dengan
Oktober terjadi defisi air bahkan dari bulan Juli sampai dengan Agustus
ketersediaan air berada di bawah titik layu permanen. Kondisi ini sangat tidak
mendukung terhadap budidaya tanaman.
Berdasarkan tabel (2) terjadi limpasan atau run off sepanjang tahun, nilai run
off paling tinggi pada bulan januari sebesar 182 dan yang paling rendah
terjaadi pada bulan november yang memiliki nilai 2. Kondisi run off seperti ini akan mengganggu pertumbuhan
tanaman karna terjadi kelebihan air.
Hal ini sejalan dengan
pendapat Salisbury
(2006) terjadinya kekurangan
atau kelebihan air akan berdampak buruk bagi tanaman dan lingkungan sekitar.
Kelebihan air berupa run-off akan mengakibatkan terjadinya banjir dan
tanah menjadi sangat jenuh yang akan mengganggu kesetimbangan air tanah, dan menurunkan
tingkat aerasi tanah. Selain itu kekurangan air pun akan memberikan dampak
besar bagi keberlangsungan tanaman yang sangat memerlukan air untuk proses
fotosintesis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Surplus
terjadi dalam jangka waktu bulan Januari hingga Mei sedangkan defisit terjadi
dari bulan Juni hingga Oktober. Untuk
melakukan penanaman sebaiknya dilakukan pada periode surplus serta panen
dilakukan pada periode defisit. Pada bulan juni hingga Oktober, seluruh air
hujan mengalami evapotranspirasi karena CH < ETP.
5.2. Saran
Saran saya dalam praktikum
kali ini yaitu penjelasan mengenai perhitungan neraca air sebaiknya di dalami
dengan baik agar mahasiswa paham tentang perhitungan neraca air yang baik dan
dilakukan dengan hati–hati karena banyak faktor yang harus di hitung, untuk
mendapatkan hasil yang baik, maka perhitungan dari masing-masing faktor perlu
di perhatikan.
daftar pustaka ?????
BalasHapusdaftar pustaka ??
BalasHapusTrimakasih banyak membantu...daftar pustakanya mana??
BalasHapus