BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Air
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tumbuhan, air menyusun 70%-80% dari berat tumbuhan
ketika tanaman masih hidup. Air juga berfungsi sebagai media transportasi unsur
hara dan terlibat dalam reaksi biokimia dalam sel tumbuhan. Dibidang pertanian, air diperoleh dari
hujan atau irigasi,
Sebagian air juga berasal dari bawah tanah yang bergerak ke atas secara lambat
sebagai pengganti kehilangan air pada tanaman (Satrodarsono dan Takeda, 2003).
Evapotranspirasi
adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan
vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor
iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi
adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah),
intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan
transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda antara
intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan
kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada
permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi
adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi
sebagai hasil proses fisiologi vegetasi (Soewarno, 2005).
Usman
(2004) menyatakan bahwa evapotransiprasi dalam bidang pertanian dapat disebut
sebagai ET. ET merupakan kebutuhan air pada
tanaman. Kebutuhan air pada tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET)dari
tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah
yang tidak mempun¬yai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan
mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Usman, 2004).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan
agar mahasiswa dapat menghitung jumlah evapotranspirasi yang dilakukan oleh
tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Siklus Hidrologi
Kodoati
dan Rustam (2008) menyatakan bahwa siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa
cair, gas, dan padat baik proses di atmosfir, tanah dan badan-badan airyang
tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalambentuk air, es,atau kabut. Pada perjalanan
menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung
jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
·
Evaporasi /
transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian
akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan
jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan
turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
·
Infiltrasi /
Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan
pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat
aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan
tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
·
Air
Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan
danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa
seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
2.2
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan
vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor
iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi
adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah),
intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan
transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi) (
Kodoati dan Rustam, 2008).
Evapotranspirasi
adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanaman melalui
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi
uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan
dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporai terjadi
pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan pertanian, tanah,
maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi di dalam
jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan
tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi terjadi
terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan
lepas ke atmosfer. Hamper semua air yang diambil tanaman dari media tanam
(tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan
tanaman (Allen et al. 2008).
Latikan (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi diantaranya adalah:
1) Ketersediaan air
·
Evaporasi
tanah
Air dievaporasikan pada permukaan
tanah pada laju yang sama dengan permukaan air bebas selama tanah basah dan
tidak dinaungi tanaman.
·
Air tanah
utk tanaman
Kontribusi evaporasi tanah terhadap
total evapotranspirasi menurun sejalan dengan meningkatnya penutupan tanaman.
2) Faktor tanaman
Tahanan dalam tanaman : diatur oleh
tahanan stomata dan tahanan stomata dipengaruhi oleh suhu daun, cahaya,potensi
air dan perbedaan tekanan uap
·
Pengaruh
penutupan tanaman:
a) tanaman yang ditanam dalam barisan biasanya tidak
menutupi permukaan tanah sepenuhnya
b) Sebelum tanaman menutup permukaan tanah
sepenuhnya,arah barisan tanaman dapat mempengaruhi evapotranspirasi
c) Banyaknya bagian permukaan tanah yang tertutup tanaman
menentukan perbandingan antara evaporasi langsung dari tanah dan transpirasi
dari tanaman
d) tinggi tanaman: makin tinggi tanaman makin kuat
pengaruh angin yang memberikan energi bagi tarikan air
·
Pengaruh
morfologi tanaman
a) Jenis daun : daun lebar lebih banyak mentranspirasikan
air daripada daun jarum
b) Ukuran daun: daun yang lebih lebar lebih banyak
mentranspirasikan air daripada daun berukuran sempit Daun dapat juga
dilapisi dengan lilin, bulu halus, duri
c) Daun memiliki berbagai warna
3) Kondisi meteorologis
Kondisi cuaca sangat menentukan laju
evapotranspirasi dan sebaliknya evapotranspirasi mempengaruhi iklim. Jumlah
terbesar dari energi yang digunakan pada evapotranspirasi disediakan hamper
seluruhnya dari dua sumber: energi radiasi dan energi dari udara yang lebih
panas daripada permukaan tanaman.
Radiasi netto adalah sumber energi utama untuk evapotranspirasi,
karena itu radiasi netto berbanding lurus dengan laju evapotranspirasi. Adveksi
panas terasa adalah perpindahan energy dalam arah horizontal. Waktu tanah basah
hamper semua energi dari radiasi neto digunakan untuk panas laten, jika tanah
menjadi kering hanya sedikit radiasi netto untuk panas laten, mulailah
terbentuk panas terasa. Jika panas terasa ini bertiup diatas permukaan basah
maka akan terjadi evapotranspirasi (Usman, 2004)
Angin memindahkan uap air ke udara
yang lebih kering sehingga laju penguapan menjadi cepat. Angin juga menjadi
alat memindahkan panas terasa dari daerah kering ke daerah lembab/basah.
Kelembaban udara. Kalau udara jenuh (penuhuap) evaporasi tidak akan terjadi.
Laju evaporasi akan meningkat jika ada perbedaan kelembaban yang besar antara
permukaan tanaman dan udara (Fontenot,2004).
2.3 Metode Thorntwaite
Menurut
Karyanto (2012) menjelaskan bahwa Thornthwaite telah
mengembangkan suatu metode untuk memperkirakan besarnya evapotranspirasi
potensial dari data klimatologi. Evapotranspirasi potensial (PET) tersebut
berdasarkan suhu udara rerata bulanan dengan standar 1 bulan 30 hari, dan lama
penyinaran matahari 12 jam sehari. Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai
indeks ketersediaan energi panas untuk berlangsungnya proses ET dengan
asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur
lain yang mengendalikan proses ET.
Rumus dasar:
ETP =
1,6 (10 t/I)a
keterangan:
PET
= evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
T
= temperatur udara bulan ke-n (OC)
I
= indeks panas tahunan
a
= koefisien yang tergantung dari tempat
Harga a dapat ditetapkan dengan menggunakan rumus:
a =
675 ´ 10-9 ( I3 ) – 771 ´ 10-7 ( I2
) + 1792 ´ 10-5 ( I ) + 0,49239
Jika rumus
tersebut diganti dengan harga yang diukur, maka:
PET =
evapotranspirasi potensial bulanan standart (belum disesuaikan dalam cm).
Karena
banyaknya hari dalam sebulan tidak sama.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini telah dilaksanakan
pada hari sabtu tanggal 14 Juni
2014, di fakultas
pertanian Universitas Samawa(UNSA).
3.2
Alat dan Bahan Praktikum
·
Buku
·
Modul
·
Polpen
·
Kalkulator
·
Pensil
3.3
Analisa Data (Metode Thorntwaite)
Ø Nomogram
Gambar
2.1 adalah Nomogram (thornthwaite,
1948), hubungan suhu udara bulanan rata-rata (t oc) sebagai sumbu-Y dan besarnya
evapotraspirasi bulanan (cm) sebagai sumbu-X (Gambar 1). Untuk menggunakan ini
harus dihitung dulu indeks bahang ( I =Heat
index) yaitu akumulasi indeks panas/bahang dalam setahun, diperoleh dengan
rumus :
I= 1,514
............................................................................(1)
Pada
Nomogram buatlah garis yang menghubungkan titik I (indeks panas) yang diperolah
dengan titik konvergensi. Titik konvergensi berada pada koordinat suhu 26,5 o
c (sumbu-Y) dan ETP 13,50 (sumbu-X) dari garis yang terbentuk tariklah
koordinat data suhu anda (sumbu-Y) untuk memperoleh nilai ETP paa sumbu-X. Bila
data suhu udara lebih besar dari 26,5 o c maka gunukanlah tabel
disampang nomogram atau mengunakan rumus:
ETP (t 26,5 0C) = - 0,0433 t2+ 3,2244 t – 41.545....................................(2)
ETP
yang diperoleh ini belum dikoreksi dengan faktor kedudukan matahari atau
lintang (F). Nilai F dapat dilihat dalam tabel 2.5. Sehingga nilai:
ETP (terkroksi) = ETP.F.............................................................................(3)
a.
Rumus empiris
Untuk
menduga ETP metode Thornthwaite bisa menggunakan rumus. Rumus ini berlaku untuk
suhu udara rata-rata bulanan (t < 26,5 0C), yaitu
ETP =
1,6 (10t/I)a.......................................(4)
Dimana,
ETP=evaporasi
potensial bulan (cm/bulan )
t
=suhu rata-rata bulanan (oc)
I
=akumulasi indeks panas dalam setahun, diperoleh dengan rumus:
I= 1,514.............................................................(5)
a = 0,000000675 I 3 - 0,0000771 I 2 + 0,01792 I +
0,49239............(6)
F=faktor koreksi terhadap
panjang hari dari letak lintang (diperoleh dari tabel) Sedangkan untuk data
suhu tt < 26,5 0C, gunakan rumus :
ETP (t 26,5 0C) = - 0,0433 t2+ 3,2244 t – 41.545........................(7)
ETP
yang diperoleh ini belum dikoreksi dengan faktor kedudukan matahari atau faktor
lintang (F). Nilai F dapat dilihat dalam tabel 3. Sehingga nilai :
ETP (terkroksi) = ETP.F........................................................(8)
3.4 Prosedur Perhitungan
ü Menghitung indeks heat index masing-masing bulan (i) dengan rumus :
i = 1,514
menghitung heat index setahun (I) dengan cara menjumlahkan i masing-masing
bulan
ü
Menghitung nilai a dengan rumus a = 0,000000675 I 3 - 0,0000771 I 2 + 0,01792 I +
0,49239
ü
Menghitung ETP tidak dikoreksi dengan rumus ETP = 1,6 (10
t/l)auntuk suhurata-rata t < 26,5 0C. untuk suhu t 26,5 0C menggunakan tabel pada
nomogram atau gunakan rumus : ETP (t 26,5 0C)
= - 0,0433 t2+ 3,2244 t – 41.545
ü
Menentukan nilai faktor koreksi (F) pada tabel 2.4 yang
disesuaian dengan bulan dan posisi lintang.
ü
Kemudian menghitung ETP terkoreksi dengan rumus :
ETPterkoreksi
= ETP X F
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Praktikum
Tabel 1
Hasil perhitungan nilai evapotranspirasi(ETP) metode
thorntwaite
Bulan
|
t
|
i
|
ETP*
|
ETP**
|
F
|
ETP
|
ETP terkoreksi
|
Jan
|
26,5
|
12,49
|
12.896
|
-
|
1,01
|
12.896
|
13,024
|
Feb
|
27
|
12,85
|
-
|
13,95
|
0,92
|
13,95
|
12,834
|
Mar
|
26,5
|
12,49
|
12.896
|
-
|
1,03
|
12.896
|
13,282
|
Apr
|
27
|
12,85
|
-
|
13,95
|
1,03
|
13,95
|
14,368
|
Mei
|
26,5
|
12,49
|
12.896
|
-
|
1,07
|
12.896
|
13,798
|
Jun
|
26,5
|
12,49
|
12.896
|
-
|
1,05
|
12.896
|
10,762
|
Jul
|
25
|
11,43
|
-
|
12.002
|
1,07
|
12.002
|
12,602
|
Agust
|
26
|
12,13
|
-
|
13.018
|
1,06
|
13.018
|
13,799
|
Sept
|
27,5
|
13,21
|
-
|
14.381
|
1,02
|
14.381
|
14,668
|
Okt
|
28,5
|
13,94
|
-
|
15,18
|
1,03
|
15,18
|
15,635
|
Nov
|
28
|
13,57
|
-
|
14,80
|
0,99
|
14,80
|
14,652
|
Des
|
28
|
13,57
|
-
|
14,80
|
1,01
|
14,80
|
14,948
|
Grafik 1.
Hasil perhitungan nilai evapotranspirasi(ETP) metode thorntwaite
Gambar
1. Hubungan suhu dan evapotranspirasi pada berbagai bulan
4.2 Pembahasan
Dilihat
dari grafik evapotranspirasi di atas maka dapat dikatakan bahwa
evapotranspirasi yang terjadi setiap bulanya bersifat fluktuatif yaitu tidak
tetap. Nilai ETP pada
masing-masing bulan dari bulan januari sampai desember adalah sebagai berikut:
Pada
bulan Januari
dengan niali suhu rata-rata 26,5 menghasilkan nilai ETP sebesar 13,024, pada bulan Februari dengan suhu rata-rata 27
nilai ETP akhirnya mencapai angka 12,834.
Pada bulan Maret
dengan suhu rata-rata 26,5 nilai ETP mencapai nilai 13,282 kemudian pada bulan April dengan suhu rata-rata
27 nilai ETP adalah 14,368. Untuk bulan Mei
dengan suhu rata-ratanya madalah 26,5 dan
nilai ETP mencapai 13,798, untuk bulan Juni dengan suhu rata-rata 26,5 nilai
ETP adalah 10,762. Pada bulan Juli dengan suhu rata-rata 25 niali ETP
adaah 12,602. Pada bulan Agustus nilai
suhu rata-ratanya mencapai 26 dan nilai ETP adalah 13,799.,
kemudian pada bulan September
dengan suhu rata-rata 27,5 niali ETP adalah 14,668. Pada bulan Oktober
nilai suhu rata-rata mencapai nilai 28,5 dan niali ETP adalah 15,635. Untuk 2 bulan terakhir yaitu November Desember dengan nilai suhu rata-rata
masing-masing bulan adalah 28, maka nilai ETP bulan November adalah 14,652 dan bulan Desember adalah 14,948.
Nilai
evapotranspirasi yang paling tinggi terjadi pada bulan Oktober yakni mencapai nilai 15,635, dan
yang paling rendah adalah pada
bulan Juni yakni mencapai nilai 10,762. Kondisi
tinggi rendahnya nilai ETP dipengaruhi oleh kondisi iklim, sesuai dengan pendapat Usman (2004) yang menjelaskan bahwa pengaruh
cuaca akan berpengaruh
pada proses Evapotranspirasi yang terjadi.
Pada
kisaran waktu antara bulan september sampai desember daerah kita biasanya
mengalami puncak musim kemarau yang akan bedampak pada naiknya suhu dan
kecepatan angin yang berhembus dari benua australia yang mnyebabkan kenaikan
nilai evapotranspirasi tanaman. Sebaliknya pada bulan juni dan juli niali
evapotranspirasi tanaman menempati nilai yang paling rendah hal ini disebabkan
karna suhu minimum pada bulan ini mengalmi penurunan yang sehingga udara akan
menjadi lebih dingin dan menyebabkan nilai evapotranspirasi tanaman menjadi
lebih rendah.
Selain
pengaruh iklim evapotranspirasi juga dipengaruhi oleh vegetasi yang menutupi
permukaan tanah, hal ini berkenaan dengan nilai laju evapotranspirasi yang
terjadi pada musim kemarau lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim hujan di
daerah kita ini. Pada musim kemarau vegetasi yang menutupi permukaan tanah baik
dari keluarga rumput-rumputan ataupun yang lainnya relatif berkurang jika dibandingkan dengan
musim hujan yang akan menahan air dalam tanah yang akan menguap. Hal ini
didukung oleh pendapat Fantenot (2004) yang menjelaskan bahwa faktor vegetasi juga
mempengaruhi laju evapotranspirasi tanaman.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil
praktukum diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
·
Evapotranspirasi
adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan
vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktor–faktor
iklim dan fisiologi vegetasi.
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju evapotranspirasi
antara lain:
a) Ketersediaan
air
b) Kondisi
vegetasi
c) Kondisi
meterologi
·
Bulan yang
memiliki nilai suhu rata-rata paling tinggi adalah Oktober yakni 28,5 dan yang
paling rendah adalah bulan juli yakni 25. Bulan yang memiliki nilai ETP paling
tinggi nilai ETP adalah bulan Oktober yaitu 15,635 dan yang paling rendah
adalah bulan Juni yaitu 10,762
DAFTAR PUSTAKA
Allen,
R. G. 1998. “Crop Evapotranspiration:
Guidelines For Computing Crop Requirements.” Irrigation and Drainage Paper
No. 56, FAO, Rome, Italy.
Eko Sulistyono, Suwarto dan Yulianti Ramdiani,2005
Evaluasi Metode Penman-Monteith dalam Menduga Laju Evapotranspirasi Standar
(ET0) di Dataran Rendah Propinsi Lampung, Indonesia
Fontenot,
R.L. 2004. “An evaluation of reference
evapotranspiration models in Louisiana.” MSc thesis, Louisiana State Univ.,
Baton Rouge, La.
Kodoatie, RJ dan Sjarief, R. 2008. Pengelolaan Sumber
Daya Air Terpadu. Penerbit Andi. Yogyakarta
Satrodarsono, dan Takeda, K.2003. Hidrologi untuk
pengairan. Pradnya Paramitha : Jakarta
Usman, 2004.
Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap
Tanah dan Tanaman. Jakarta. Bumi Aksara. 101 hal.
Tumiar Katarina Manik, R. Bustomi Rosadi dan Agus
Karyanto Defisit Evapotranspirasi sebagai Indikator Kekurangan Air pada Padi Gogo (Oryza sativa L.) Bul. Agron.
0 komentar:
Posting Komentar